thisberita - Para pengurus gereja bersiap menyambut Jumat Agung yang berlangsung Jumat 30 Maret 2018. Seperti terlihat di Gereja Kristen Pasundan (GKP), Kota Cirebon, Jawa Barat.
GKP salah satu gereja tertua di Indonesia. GKP dibangun sejak 1788 dan termasuk bangunan cagar budaya.
"Iya memang ini salah satu gereja tertua, usianya sekitar 230 tahunan. Kita sudah siapkan semua untuk memperingati Jumat Agung," kata Jimmy Albert Rondolfh selaku sekretariat GKP saat ditemui detikcom, Kamis (29/3/2018).
Dia menuturkan sebelum ritual perjamuan Jumat Agung atau hari wafatnya Yesus Kristus di atas kayu salib, malam ini GKP menggelar ritual Kamis putih. Jimmy menjelaskan ritual Kamis putih yaitu ritual membasuh kaki para jemaat gereja. Pihaknya memanfaatkan kendi untuk membasuh kaki para jemaat.
"Ini sesuai dengan ajaran Yesus, sebelum melakukan jamuan terakhir. Yesus membasuh kaki muridnya. Saat Kamis putih nanti, pendeta yang akan membasuh kaki para jemaat," kata Jimmy sambil menunjuk ke kendi yang sudah disiapkan.
Lebih lanjut, Jimmy menceritakan, menu utama pada perjamuan Jumat Agung ialah roti dan anggur. Dia mengungkapkan roti dan anggur merupakan simbol ke kristusan, roti memiliki simbol sebagai daging dan anggur sebagai darah.
"Kita masih mempertahankan dengan memakai anggur. Ada juga yang sudah ganti (anggur) dengan sirup. Pas perjamuan nanti, kita konsep mejanya disusun seperti salib," ujar Jimmy.
Dia menyebutkan jumlah jemaat GKP sekitar 500 orang. Dalam proses perjamuan nanti, sambung Jimmy, akan dibagi menjadi tiga atau empat kali perjamuan.
"Kan tidak bisa nampung semua, jadi giliran. Dari total jemaat yang ada itu paling yang datang sekitar 300 jemaat," ucapnya.
Usai peringatan Jumat Agung, esok harinya jemaat GKP merayakan Sabtu Sunyi. Menurut dia, para jemaat akan berpuasa selama satu hari penuh.
"Sabtu kita puasa seharian. Minggunya itu Paskah Fajar, kita ibadah biasa tapi kalau di sini di luar. Kita ibadahnya di luar memperingati Paskah juga," kata Jimmy.
Gereja Tua yang Dibangun Misionaris Belanda
GKP merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Cirebon. Hal itu dibuktikan adanya pelang pemberitahuan tentang tahun pembangunan yakni sekitar 1788. Bahkan, pihak gereja mengklaim GKP merupakan gereja tertua ketiga di Indonesia.
"Usianya sudah 230 tahunan. Tertua ketiga se-Indonesia," kata Jimmy.
Warna bangunan gereja didominasi warna putih. Selain itu, bagian interiornya didominasi oleh kayu. Awalnya, lanjut Jimmy, kayu yang digunakan adalah kayu jati. Namun, sebagiannya mengalami kerusakan. Pihak gereja pun merenovasi dan mengganti dengan kayu yang baru.
"Tapi delapan puluh persen masih asli. Kita hanya mengganti beberapa kayu. Sebelumnya, gereja ini digunakan oleh misionaris dari Belanda, waktu zaman kolonialisme dulu," ujarnya.
Jimmy menceritakan para misionaris Belanda tersebut tergabung dalam organisasi dari Nederlandse Zendelings Vereeniging (NZV) yang dikelola secara swadaya.
"Pribumi pertama yang bergabung itu orang Tegal. Sedangkan, sekitar tahun 1930 gereja ini secara resmi dikelola oleh pribumi atau warga lokal. Kemudian kita serahkan ke GKP," ucapnya.
Selain itu, Jimmy menjelaskan, di area bangunan GKP terdapat makam salah seorang putri dari Belanda. Namun, Jimmy tak menjelaskan secara rinci.
"Di depan kan ada tulisan berbahasa Belanda. Saya juga kurang paham artinya. Tapi, intinya bahwa di sini ada makam anak perempuan," tutur Jimmy.