thisberita - Aku benar-benar tak habis pikir dengan perayaan Hari Buruh Sedunia (May Day) di Indonesia yang diperingati hari ini, 1 Mei 2018. Kaum buruh yang seharusnya bersatu memperjuangkan hak-haknya justru jadi terpecah dengan adanya kegiatan mendeklarasikan calon presiden di hari buruh ini. Lagi-lagi perbedaan sudah berhasil memecah belah bangsa ini. Entah sampai kapan hal seperti ini berlangsung akupun tak tahu. Mengingat rakyat Indonesia masih banyak yang ngotot sendiri tak pernah mau belajar dari pengalaman masa lalu. Kebodohan dan emosi terus menerus diperlihatkan dengan mengatasnamakan perbedaan.
Adalah 2 konfederasi serikat pekerja di Indonesia yang saling berbeda pilihan politik. Mereka adalah Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dipimpinan Yorrys Raweyai yang mendukung Jokowi Presiden 2019 dan KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia) dipimpinan Said Iqbal yang mendukung Prabowo pada Pilpres 2019.
Jujur aku benar-benar ngakak dengan pernyataan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia atau KSPI Said Iqbal yang mengatakan bahwa organisasinya akan mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden di Pemilu Presiden 2019 dan meminta Ketua Umum Partai Gerindra itu menandatangani kontrak politik.
"Saat deklarasi dukungan kepada Prabowo, akan kami minta untuk menandatangani kontrak politik terkait sepuluh tuntutan buruh dan rakyat atau Sepultura yang harus dipenuhi ketika menjadi Presiden," kata Said Iqbal di Jakarta, Selasa 1 Mei 2018.
Ngakak nggeblak guling-guling sampe mules. Duuuuh Tuhan…… Entah ini yang dinamakan bodoh yang bagaimana ya??? Maafkan saya kali ini memang terpaksa harus menggunakan kata bodoh dalam artikel saya.
Di saat Said Iqbal bersama KSPI hari ini seharusnya fokus memperjuangkan hak-hak kaum buruh pada pemerintah, KSPI justru mendeklarasikan dukungan pada Prabowo dan menyodori Prabowo dengan kontrak politik.
Astaga nagaaaaaa…….. Memangnya kalau sudah mendeklarasikan Prabowo seperti ini, KSPI dapat apa sekarang??? Dapat apa coba??? Silakan KSPI atau siapapun juga, adakah yang bisa menjawab pertanyaan saya ini??? KSPI dapat apa sekarang ini jika Prabowo dideklarasikan sebagai calon presiden di Pemilu Presiden 2019 nanti???
Apakah KSPI sudah bisa memastikan bahwa Prabowolah yang akan terpilih menjadi Presiden 2019??? Emangnya KSPI dukun??? Prabowo maju aja juga belum. Wakakaka………. Itupun dengan catatan iya kalau Prabowo yang terpilih jadi Presiden 2019 nanti. Lha kalau ngga terpilih bagaimana??? Berarti acara deklarasi hari ini sia-sia semua dong. Rugi banget yah. Hari yang seharusnya dipergunakan secara maksimal untuk memperjuangkan hak-hak buruh jadi terpecah dengan kesia-siaan mendeklarasikan Prabowo yang belum tentu maju dan belum tentu terpilih menjadi presiden 2019 nanti. Gaya-gaya pakai tanda tangan kontrak politik segala. Kontrak politik apaan coba??? Jadi calon presiden aja belum. Sementara kebutuhan hidup terus mendesak kaum buruh sekarang ini. Aneh khan jadinya.
Sedangkan kita juga sama-sama sudah mengetahui bahwa pemilu ada waktu, tempat dan tata caranya sendiri. Kenapa pula hari buruh harus disusupi dengan agenda politik yang justru menunjukkan kebodohan mereka sendiri. Disinilah aku benar-benar tak habis pikir dengan kebodohan demi kebodohan yang terus dipertontonkan dengan tidak tahu malunya di negara ini. Padahal yang diminta sangat mudah, “Pintarlah sedikit, tak perlu banyak-banyak.” Dan ternyata yang sedikit itupun mereka tak punya. Tragis banget yah.
Dengan keadaan yang seperti ini, sudah jelas bahwa kaum buruh memang sudah dan sedang ditunggangi oleh oknum-oknum politik yang tidak mau bersaing secara sehat. Mereka tak pernah berani adu kinerja dan prestasi. Beraninya pakai cara-cara licik sarat intimidasi, kekerasan dan kebencian. Mereka memang sengaja mengkondisikan hal-hal reaktif yang sangat memungkinkan terjadinya keributan dan kekacauan. Dan jika kehebohan itu benar-benar meletus, lagi-lagi pemerintahlah yang akan dipersalahkan. Semua salah Jokowi. Begitulah kurang lebih maksudnya. Iya apa iya???
Sayapun tak bermaksud menghina kaum buruh. Sama sekali tidak. Sejak kecil saya sudah dididik orang tua saya untuk selalu bekerja keras. Tak pernah ada kata takut untuk bekerja keras dalam kamus hidup saya. Sekalipun dulu kami punya pembantu rumah tangga di rumah, orang tuaku selalu mengajarkan kepada anak-anaknya, “Kerjakan sendiri apa yang bisa kamu kerjakan. Jika tak mampu baru minta tolong pembantu. Itulah gunanya pembantu. Bukan untuk disuruh-suruh setiap saat termasuk untuk hal-hal sepele yang sebenarnya bisa kita lakukan sendiri.”