thisberita - Calon Gubernur Jawa Barat nomor urut 1 Ridwan Kamil berharap ke depan tak ada lagi masyarakat Jawa Barat yang ketinggalan kereta pembangunan. Hal ini dikatakan Ridwan Kamil berkaca dari keluhan masyarakat yang dia dapat selama kampanye ke beberapa daerah di Jawa Barat.
Kepada Pikiran Rakyat, Selasa, 20 Maret 2018, pria yang akrab disapa Kang Emil ini menilai sejatinya masyarakat Jawa Barat terbuka pada perubahan. Sayangnya, ketika perubahan itu terjadi, masyarakat setempat tidak dirangkul. Sehingga hanya jadi penonton atas kemajuan yang terjadi di tanah kelahirannya sendiri.
"Pada dasarnya enggak ada yang mempermasalahkan, tapi ada yang tertinggal. Saya tanya, setuju enggak BIJB? Setuju enggak ada Pelabuhan Patimban? Mereka bilang setuju asal jangan sampai kami bengong. Isunya itu, dunia boleh berubah tapi jangan ketinggalan," kata Ridwan.
Dampak ketertinggalan ini memang sangat banyak. Selain membuat masyarakat lokal tidak kompetitif dengan pendatang, terjadi juga gap karena para penduduk lokal tak bisa memiliki pekerjaan. Oleh karena itu, untuk mengentaskan ini, Emil bersama pasangannya, Uu Ruzhanul Ulum mempunyai visi untuk memberikan pelatihan kepada para pemuda desa agar bisa berkompetisi ketika industrialisasi terjadi di daerahnya.
Sekolah di pabrik
"Di Bekasi misalnya kami usulkan ada sekolah di pabrik. Kalau dilatih di pabrik yang up to date teknologinya, tentu enggak akan bengong lagi. Di Majalengka ada yang minta diajari ekonomi aviasi, biar ketika berubah dari agraria, masyarakat bisa ikut, dan enggak jadi penonton," ucap dia.
Selain upaya memberikan pelatihan, Kang Emil juga menilai perlunya Peraturan Gubernur untuk memperkuat hal itu. Misalnya memerintahkan pabrik yang ada untuk berkoalisi membentuk sekolah di dalam dan mempekerjakan siswanya selepas lulus nanti.
"Saya punya kewenangan lewat persentase pekerjaan. Di bandung saya sama Diskaner gitu, 70 persen warga bandung dulu (yang dipekerjakan), baru dari luar. Jadi kami pastikan, ikutilah kereta Rindu Jabar Juara di mana satu pun enggak ada yang ketinggalan," ucap dia.
Masalah lingkungan
Kang Emil pun tak menampik kalau masalah industrialisasi kerap kali bertabrakan dengan masalah lingkungan. Hal ini berdasarkan teguran warga yang juga sampai kepadanya.
"Mereka minta jangan sampai tanah yang produktif dialih fungsi. Ini yang kami dengarkan, nanti RTRW-nya di-review. Jadi, tidak ada yang menolak perubahan asal berada di tempat sebaiknya dan warga tidak ada yang jadi penonton," ucap dia.